
Gunung berapi merupakan sumber kehidupan masyarakat Sunda, sehingga memiliki tempat terhormat sebagai Expert. Sebagaimana ungkapan gunung adalah guru nu agung
adakah dokumentasi foto atau online video tentang aktivitas ngertakeun bumi lamba ini? salam, -hs hokky saavedra Rekomendasi Entri
Untuk menjaga far more information ekosistem seimbang, Arista Montana menerapkan beragam metode pertanian organik yang telah teruji efektif:
Ngertakeun Bumi Lamba berasal dari petuah Sunda: “ngertakeun” berarti memakmurkan, sedang “bumi lamba” menunjuk tanah luas tempat segala kehidupan bertumpu. Upacara ini mengingatkan setiap insan bahwa menjaga alam dan warisan budaya adalah jalan menuju peradaban yang arif.
Upacara ini terbuka untuk siapa saja yang merasa ingin terlibat dan hadir turut serta. Para peserta hendaknya menggunakan pakaian adat masing masing.
Upacara ini sebagai salah satu bentuk dari kearifan lokal masyarakat adat dalam berhubungan dengan alam yang mendesak manusia untuk mengubah sikapnya terhadap lingkungan, yaitu dengan berusaha kembali untuk lebih arif dalam memperlakukannya seperti yang telah dilakukan oleh leluhur sejak dulu.
Gunung adalah pakuan bumi di semesta ini. Gunung menjadi sumber nilai spiritual dan budi pekerti yang mendasari perilaku yang berbudaya bagi umat manusia di muka bumi. Sebagaimana nama SUNDA yang melekat pada Gunung Tangkuban Parahu (Purba Kancana Parahyangan). Maka dari itu upacara tahunan ini dilakukan di puncak Gunung Tangkuban Parahu. Bertepatan dengan perjalanan matahari yang baru mulai kembali dari paling utara bumi menuju selatan, yaitu di setiap bulan 'kapitu'(bulan ke seven), dalam hitungan suryakala, kala ider (kalender) sunda.
Perjalanan ini mempunyai makna yang sangat mendalam secara spiritual, dimana jarak yang sangat panjang ini akan ditempuh dengan BERJALAN KAKI sebagai laku puasa dalam bentuk yang lain dan khas masyarakat adat Kanekes. Diskusi
Pada momen tersebut, prosesi adat dimulai dengan penyucian energi bernama ngaremokeun, lalu berlanjut pada ritual doa bersama dan diakhiri dengan simbol syukur di Kawah Ratu. Setiap etape diupayakan menjadi pengingat bagaimana manusia seharusnya bersikap rendah hati di hadapan bumi, sebagaimana diajarkan dalam falsafah Ngertakeun Bumi Lamba.
Mengingatkan kita untuk merasakan dan melihat secara emosional dan spiritual gunung selayaknya orang tua, leluhur yang paling tua dari semua eksistensi kehidupan di bumi.
Panglima Jilah dari Dayak menekankan bahwa manusia sangat bergantung pada alam, dan kebersamaan hari itu adalah bentuk nyata dari ikrar menjaga kehidupan.
Ngertakeun bumi lamba, artinya Mensejahterakan Kehidupan Bumi Alam, seperti yang diamanatkan Sang Prabu Siliwangi 1482-1521M, dalam Sanghyang Siksa Kanda’ng Karesian. Upacara ini sebagai salah satu bentuk dari kearifan lokal masyarakat adat dalam berhubungan dengan alam yang mendesak manusia untuk mengubah sikapnya terhadap lingkungan, yaitu dengan berusaha kembali periksa di sini untuk lebih arif dalam memperlakukannya seperti yang telah dilakukan oleh leluhur sejak dulu.
Upacara Ngertakeun Bumi Lamba diadakan Web page berlandaskan siklus “pergerakan Matahari”, yaitu saat matahari sedang berada di sisi utara dan mulai bergerak menuju ke selatan. Hari yang dipilih adalah hari minggu atau disebut radite atau sunday atau hari matahari.
Sepantasnya, sebagai manusia berbudi pekerti, kita terlebih dahulu meminta keikhlasan dari "pemiliknya" tersebut, sebagai ekspresi rasa kasih Tuhan yang melekat dengan ciptaanNya. Itu adalah esensi dari budaya Mipit Amit Ngala Seja, yang telah diwariskan leluhur Sunda kepada kita semua.
Pada dasarnya tidak ada sesuatu yang kita pergunakan atau lakukan, tanpa manifestasi lain yang lebih dahulu menjadi bagian dari sesuatu itu. Buah dari pohon, air dari sungai, tanah kosong ber"penghuni".